WASPADAI TERSEBARNYA KEMAKSIATAN DI SEKITAR KITA


Bangkit, tumbuh dan berkembangnya kemungkaran dan kemaksiatan, perilaku dan kebiasaan zaman jahiliyah sepertinya zina, Riba, Judi, Kosumsi miras dan narkoba, pertikaian dan permusuhan adalah kondisi yang amat memprihatinkan.

            Apa konsekwensi yang ditanggung oleh seluruh warga Kota Bima (social cost) jika membiarkan maksiat dan kemungkaran merajalela?

1.    Akan memudarnya cahaya Islam di tengah umat Islam Kota Bima dan menguatnya perilaku kejahiliyahan. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda;

بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ

“Islam datang dalam keadaan yang asing (di era jahiliyyah), akan kembali pula dalam keadaan asing (kembalinya perilaku jahiliyah yang merajalela). Sungguh beruntungnlah orang yang asing (dengan tetap konsisten berpegang pada syariat Islam)” (HR. Muslim no. 145).

لَيُنْقَضَنَّ عُرَى الْإِسْلَامِ عُرْوَةً عُرْوَةً فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِي تَلِيهَا وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضًا الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلَاةُ

Ikatan-ikatan Islam akan terburai satu demi satu, setiap kali satu ikatan terburai orang-orang bergantungan pada ikatan selanjutnya. Yang pertama kali terburai adalah masalah otoritas hukum (syariat Islam) dan yang terakhir adalah shalat.” (Hadis Riwayat Ahmad. 5/251)

2.    Keburukan dan kerusakan karakter dan lunturnya kepribadian Dou Mbojo

كَانُوْا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُّنْكَرٍ فَعَلُوْهُ ۗ لَبِئْسَ مَا كَانُوْا يَفْعَلُوْنَ

Mereka tidak saling mencegah perbuatan mungkar yang selalu mereka perbuat. Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat. (QS. Al-Maidah: 79)

3.    Munculnya berbagai problem sosial sebagai dampak turunan dari perbuatan maksiat, seperti miras dan narkoba menyebabkan tindakan kriminalitas (perkelahian, pencurian dan perampokan), dampak buruk perekonomian masyarakat ekonomi lemah akibat jeratan praktek riba para rentenir, penyebaran penyakit HIV/AIDS akibat sex bebas dan perzinahan, dll.

      4.    Degradasi Moral dan Karakter Generasi Muda Bima dan Lunturnya Nilai-nilai peradaban Dou Mbojo. Allah Ta’ala berfirman,

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا (59) إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.” (QS. Maryam: 59)

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (QS. An-Nisa’: 9)

5.    Hilangnya keberkahan (barakaat) Dana Mbojo.

Hal ini sebagaimana firman Allah SWT:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’rof: 96)

6.    Ancaman adzab Allah baik atas oknum pelaku maupun secara komunal yang bukan pelaku.

Allah SWT berfirman:

وَمَنْ ‌يَعْصِ ‌اللَّهَ ‌وَرَسُولَهُ ‌وَيَتَعَدَّ ‌حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَارًا خالِداً فِيها وَلَهُ عَذابٌ مُهِينٌ

Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan. (QS. An-Nisa’ : 14)

Secara personal, para pelanggar hukum Allah mendapat ancaman azab. Namun, jika ada pembiaran oleh mereka yang tidak terlibat dalam dosa tersebut sehingga pelanggaran meluas di tengah suatu komunitas masyarakat maka akan melahirkan azab yang bersifat umum dan merata untuk semua. Allah berfirman,

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

”Dan takutlah kalilan pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja diantara kalian. Dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksanya (QS. Al-Anfaal: 25)

Rasulullah SAW bersabda:

إِذا ‌ظَهَرَ ‌السُّوءُ فِي الأَرْضِ أنْزَلَ الله بأسَهُ بِأهْلِ الأَرْضِ وإنْ كانَ فِيهِمْ قَوْمٌ صالِحُونَ يُصِيبُهُمْ مَا أصابَ النَّاسَ ثُمَّ يَرْجِعُونَ إِلَى رَحْمَةِ الله ومَغْفِرَتِهِ

Jika keburukan (kemaksiatan) menyebar dan merebak (tampak di ruang publik) di muka bumi maka Allah akan turunkan adzab (musibah/bencana)-nya kepada penduduk bumi walaupun di tengah-tengah mereka ada kaum yang saleh. Mereka yang saleh juga mendapatkan bencana yang menimpa orang banyak kemudian mereka (yang saleh) akan kembali kepada Allah dengan rahmat dan ampunan-nya (Sahih al-Jami’ no. 680) Dalam riwayat yang lain (oleh Nu’aim bin Hammad no. 1728 dan al-Hakim no. 8594), ancaman turunnya musibah itu terjadi ketika tidak ada aktivitas pencegahan (an-nahyu ‘anil munkar).

Apa yang harus kita lakukan?

Tegakkan dakwah, mengajak kepada kebaikan dan kemungkaran. Mulailah dari keluarga kita yang terdekat. Sesuai perintah Allâh Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.[at-Tahrîm/66:6]

Jangan jadi orang tua yang “dayyuts”. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

ثَلَاثَةٌ قَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِمُ الْجَنَّةَ: مُدْمِنُ الْخَمْرِ، وَالْعَاقُّ، وَالدَّيُّوثُ “، الَّذِي يُقِرُّ فِي أَهْلِهِ الْخَبَثَ

“Tiga orang yang Allâh haramkan surga untuk mereka: pecandu khmar (minuman keras), anak yang durhaka, dan dayûts, orang yang tidak peduli dan membiarkan kemaksiatan terjadi dalam keluarganya”. [HR. Ahmad, no. 5372, 6113. Dishahihkan oleh syaikh Syu’aib al-Arnauth di dalam Takhrij Musnad Ahmad]

Demikian pula kita berkewajiban mencegah kemungkaran yang terjadi di sekitar kita sesuai kemampuan.

«مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ».

Barangsiapa yang melihat (mengetahui) suatu kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya (otoritas kekuasaan). Apabila tidak punya kemampuan itu, hendaklah ia ubah dengan lisannya. Apabila tidak mampu maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman. (HR. Muslim no. 78, Ahmad no. 11460)

Mengingkari kemaksiatan adalah bentuk kasih sayang kita kepada pelaku maksiat dalam bentuk “memaksanya” masuk surga. Rasulullah SAW:

عَجِبَ رَبُّنَا عَزَّ وَجَلَّ مِنْ رِجَالٍ يُقَادُونَ إِلَى الْجَنَّةِ فِي السَّلَاسِلِ

“Tuhanmu ‘azza wa jalla heran kepada orang-orang digiring paksa untuk masuk surga dengan rantai” (Hr. Ahmad no. 9271. Sahih)

Orang beriman akan bersyukur saat diingatkan, Allah Ta’ala berfirman,

وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ

”Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman” (QS. Adz-Dzariyaat [51]: 55).

Sebaliknya, kalau orang yang sombong, bila dinasehati ia malah akan melawan dan meradang. Allah Ta’ala mengancam mereka yang bersikap demikian:

وَإِذَا قِيلَ لَهُ اتَّقِ اللَّهَ أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالْإِثْمِ فَحَسْبُهُ جَهَنَّمُ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ

“Dan apabila dikatakan kepadanya, “Bertaqwalah kepadaNya,” bangkitlah kesombongannya untuk berbuat dosa. Maka pantaslah baginya neraka jahannam. Dan itu merupakan tempat tinggal yang terburuk.” (QS Al Baqarah: 206).

Sikap menolak nasehat dan masukan itu merupakan salah satu dosa besar. Dari hadits Ibnu Mas’ud, Rasulullah SAW bersabda:

فَإِنَّ مِنْ أَكْبَرِ الذَّنْبِ عِنْدَ اللَّهِ أَنْ يَقُولَ الرَّجُلُ لِلرَّجُلِ اتَّقِ اللَّهَ، فَيَقُولُ: عَلَيْكَ بِنَفْسِكَ

Artinya: “Sesungguhnya termasuk dosa yang paling besar adalah ketika seseorang dinasehati saudaranya, “Takutlah kepada Allah (dengan meninggakan maksiat),” lalu dia menjawab saudaranya itu: “Urus saja dirimu sendiri” (HR Baihaqi dan An-Nasai, sahih).

Allah Ta’ala mengingatkan penyesalan pelaku maksiat dan kemungkaran:

وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ

Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Rabbnya, (mereka berkata), “Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan mengerjakan amal shaleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yakin [as-Sajdah/32:12]



Tinggalkan komentar

About Me

M. Syukrillah, S.Th.I, M.Ag. Alumni Ma’had Umar bin al-Khattab Surabaya UMSIDA, IAIN Sunan Ampel Surabaya dan UIN Sunan Ampel Surabaya

Newsletter